Kinglong Terima Kasih Untukmu Yang Telah Mengantarkanku

Bagaimana dengan sebuah kehilangan?
Seperti langit yang kehilangan matahari
Namun bulan yang datang dan tetap saja indah

Aku sadar, ketika aku dan kamu sudah tak mungkin akan menjadi kita dan saat itupun kita tahu jika kita hanya memiliki hubungan sebagai Sahabat. Bahkan lebih dari sahabat, Apakah dengan menghillang merupakan salah satu cara terbaik untuk pergi tanpa pamit? Bagimana dengan janji kita jika berjauhan dan saling merindu, untuk saling memandang langit yang sama sehingga kita merasa dekat?

Aah sudahlah, masih ada pekerjaan yang harus ku hadapi besok. Deadline pekerjaan masih menunggu untuk segera diselesaikan. Malam ini suhu udara kota Jakarta terasa berbeda, sedikit panas, ku langkahkan kaki ke balkon sambil meneguk secangkir kopi, duduk di kursi dan menghisap sebatang Kretek Gudang Garam Merah sambil menatap langit yang hanya membagi separuh malam untuk kita tinggali, Karena malam lagi, adalah untuk perkara pedih lain hati.

Menjelang tengah malam, gawaiku berbunyi, sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Bukan kebiasaanku untuk mengangkat telepon dari sebuah nomor tak dikenal, tapi untuk kali ini terasa berbeda. Suara nyaring dari bapack-bapack terdengar diujung sana.

“Dek, ini bapak, pean masih di Jogja? Kalau masih di Jogja minta tolong ke Malang segera, Lia Pengen Ketemu” ucap beliau

“saya sedang ada kerjaan di Jakarta pak, besok ada meeting dengan klien. Ada apa pak? Lia beberapa hari ini menghilang tanpa kabar, nopo lia di Malang?” kutanyakan perihal menghilangnya lia kepada beliau.

“Iya dek, lia ada di Malang. Memang kemaren sengaja gak hubungi sampean, lia pengen ketemu segera sama sampean” jawab beliau

“Ya pak, besok selesai meeting kula ten malang” Jawabku kepada beliau

Malam itu juga ku coba cari tiket pesawat untuk penerbangan besok sore, sialnya semua penerbangan ke Malang penuh. Begitupun juga dengan kereta api, sekarang satu-satunya cara yaitu naik bis. Ku telepon kolega di PO. Safari Dharma Raya untuk minta tolong mengamankan tiket tujuan malang esok.

Lia, cewek tomboy yang tiba-tiba menghilang sekarang ingin ketemu, tapi kenapa harus bapaknya yang menyampaikan keinginannya, ada apakah gerangan. Lia yang tiba-tiba menghilang tanpa pamit dan sekarang muncul lagi. Semesta memang suka bercanda kepada kaum tuna asmara seperti kami.

Keesokan hari ku bergegas untuk segera bertemu dengan klien dan secepat mungkin menyelesaikan pekerjaan ini. Kembali ku follow up tentang tiket yang sebelumnya ku pesan lewat kolega.

“Pie dab, aman to tiketku. Aku meh mangkat garasi” Tanya ku sambil menghisap sebatang Gudang Garam Merah

“Wes aman, tenang wae dab. Kinglong Mocca sing mangkat saiki” jawabnya

Moccachino, salah satu spesies rare item dari pasukan Gajah Kebayoran. Dengan nick name “Mocca”, armada ini memakai chasis Kinglong. Sepertinya ini armada yang nyaman perjalananku ini, semoga sampai Malang dengan selamat.

Terdengar Suara mesin kinglong yang meraung-raung dan sudah siap untuk berlari menyusuri sepanjang Jakarta – Malang. Dengan tempat duduk mengusung merk “HAI” membuat perjalanan semakin nyaman. Rata-rata PO Safari Dharma Raya memiliki ciri khas lantai kursi tempat duduk penumpang sedikit lebih tinggi daripada lantai tengah dan sering disebut dengan bis akuarium.

Perlahan Mocca Kinglong berkode mesin XHM 6900 dipacu sepanjang tol kota hingga cikampek. Selepas cikampek jalan sedikit macet dan tidak mempengaruhi sang sopir untuk menghela kinglong agar segera lepas dari kemacetan. Hembusan AC Denso yang dingin sepanjang perjalanan menambah kenyamanan untuk segera beristirahat, sedikit menghilangkan beban pikiran ini.

Rumah makan di pamanukan menjadi tempat persinggahan kami, kru menawarkan untuk ikut makan dengan mereka. Selepas rumah makan, Kinglong kembali dihela, perpaduan kecepatan dan skill driver kali ini membuatku kagum. Permainan Sein kanan kiri yang ciamik selalu dimainkan, tak terhitung banyak armada lain yang disalip.

Kru dan bis ini seakan mengerti tentang apa yang aku rasakan untuk dapat segera sampai malang, bahkan di Rumah Makan Mitra Rembang sebagai check point kedua hanya berhenti selama 5 menit untuk control. Tak terasa perjalanan sudah sampai Malang, segera ku kabari bapaknya lia yang akan menjemputku. Depan SPBU Terminal Arjosari tempat kami bertemu, tak berapa lama sebuah sedan datang menghampiri. Ku lihat kedua orang lia melampaikan tangan, ku hampiri beliau untuk segera pulang ke rumah.

“Lia ndak ikut pak buk?” Tanyaku menyelidik, ga biasanya lia seperti ini. Pasti dia ikut kemana-mana jika selama liburan di rumah.

“Lia tidur dek, sepurane yo dek nek lia onok salah” ucap ibu lia. Ku lihat sorot matanya berkaca-kaca. Batinku berkecamuk, pasti ada yang ndak beres dengan semua ini.

Keanehan kembali terjadi ketika mobil berhenti di tempat penjual bunga, sekeranjang bunga telah berpindah ke mobil yang kami naiki. Mobil perlahan melaju menuju pemakaman umum dan kami pun turun, banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiranku ini hingga sebuah kuburan masih basah dengan batu nisan tertulis sebuah nama Apriliani Puspita W

“Pak Buk, Niki wonten nopo?” Tanyaku kepada beliau

“Dek, tolong lia dimafaakan ya segala kesalahannya, Lia kecelakaan pas pulang ke malang, sempat koma di rs dan meninggal disana. Bapak ibu belum ngabarin sampean karena sebelum berangkat lia sempat ngomong kalau sampean lagi sibuk sama proyeknya” jawab bapak, ku lihat ibu lia menangis sesenggukan.

Semua akhirnya terjawab, pulang ke malang tanpa pamit sampai tiba-tiba beberapa hari engkau menghilang tanpa kabar ternyata engkau sudah bepulang menghadapNya. Pertama kita bertemu di PO Safari Dharma Raya Temanggung – Malang via Jogja dan sekarang aku kembali menemui mu di Peristirahatan terakhir juga dengan PO Safari Dharma Raya. Belum sempat kita pergi ke tempat yang kamu inginkan, belum sempat kita untuk pergi ke Ruteng naik mobil berdua dan masih banyak lagi. Selamat Jalan Aprilia, canda tangismu akan selalu ku rindukan.