Sore itu masih sedikit mendung, setelah sesaat sebelumnya hujan turun dengan lebat. Bis yang aku naiki baru saja sampai terminal Giwangan, Seseorang perawakan gendut menyapaku dan menjemputku untuk pergi makan.
“Tenang wae, tak bayari mangan Sate Pak Pong njuk neng Sego Goreng Tonjo yo dab” ucapnya sambil tertawa
“Manut dab, penting wetengmu seh kuat wae mangan semono akehe” jawabku
Perjalanan dari terminal giwangan Jogja menuju sate pak pong tidaklah begitu jauh. Di tempat ini kami berdua memesan 4 porsi sate sebagai pengisi perut kami yang lapar. Sohibku ini tiba-tiba mengutarakan sebuah keinginan terpendamnya
“dab, mbok aku melu bis-bisan tekan bima. Pengen numpak bis OBL tapi sing GZ , tau mbok ceritakna kae” ucap seorang sohibku
“sek ta lah dab, GZ nembe tekan garasi meh perbaikan sek dan meh kir. Tenangno pikirmu nek wes dadi ta kabari dab” jawabku menimpali obrolannya
“tenanan lho yo, tak enteni pokok e. kae sing mesin opo to GZ? Sing bis mesin chino kae po yo” Tanya dia menelisik.
“yo sek tak takokne detaile, kae bis gado-gado je. Bis apik nggone Safari Dharma Raya sing seh tekan bima kae dab” ucapku
“sing jaremu setir tampah kae yo, njobone elek yo tapi kok isoh tekan bima dan mlayu dab?” tanya dia lebih lanjut

“Hambuh, mekanike safari dharma raya joss dab” jawabku sambil ku hisap sebatang GG Merah
“muk kui kepenginku terakhir dab, nungpak bis tekan Bima karo kowe trus foto neng ngarep tulisan selamat datang kota Bima” ucap dia lirih
Entah kerasukan jin mana, tumben sahabatku ini pengen naik salah satu unit dari PO Safari Dharma Raya yang berkode GB 219 dengan nomor registrasi B 7168 GZ. Tidak biasanya dia pengen naik bus jarak jauh, dulu aku ajak naik bus ke Jakarta saja dia mabuk berat, tapi ini sebuah permintaan yang langka. Dari raut wajah dan tatapannya ini dia serius kepengen naik bis dari PO Safari Dharma Raya.


Yaa, dia seorang sahabatku bernama Handoko Setyawan. Salah satu kawan yang lebih dari segalanya, selalu ada apapun keadaan kami dan bagimanapun kelakuan kami ketika sudah berkumpul. Pertemanan semenjak awal masuk kuliah. Handoko seorang yang periang, low profile, selalu bisa diandalkan ketika kami titip absen ke dia. Walapun kuliahnya terbilang lancar, tetapi untuk masalah percintaan berbeda.
Seorang yang jago dalam hal Jaringan Komputer dan Database Center, Handoko Setyawan berpawakan gempal (lebih ke gendut sih) seperti saya, kawan turing kemana pun pergi. Pernah kami berangkat subuh naik motor mio dari pinggiran kota Bantul menyusuri jalur selatan menuju kebumen untuk menjemput rekan kami Ilham “betet” kemudian menjemput Junis Pusaba dan akhirnya kami turing mengelilingi Jawa Tengah. Pernah juga kami dikira sebagai dept collector, kejadiannya ketika kami sama-sama memakai jaket kulit, sepatu pantofel, rambut gondrong dan berbadan besar wkkwkw.

Hari masih pagi, ayam belum berkokok, sebuah pesan muncul dari kawan kalau mengabarkan bahwa dikau masuk ICU. Cukup kaget aku mendengar berita itu, baru kemaren kita berjumpa ketika aku di Jogja. Dengan guyonan khasmu yang terakhir kali engkau berikan, engkau traktir aku sate pak pong dan sego goreng tonjo di kota Bantul. Karena Jarak aku belum bisa menengokmu untuk terakhir kali selama hidupmu han.
“Berita Duka : Innalillahi wa inailaihi rojiun. Telah meninggal dengan tenang teman kita Handoko Setyawan. Hari ini : Jum’at, 06 Agustus 2021. Pukul : 14.00 wib di RS. PKU Yogyakarta. Semoga Almarhum Husnul Khotimah. Aamiin…” sebuah pesan yang ku terima dari Grup CI-Tech dan Alumni Ilkomsi UGM ’09.

Subhanallah han, ternyata Allah lebih sayang padamu sehingga memintamu untuk berangkat siang ini, siang di hari yang muliah Jumat 06 Agustus 2021. Hari yang sangat mulia dimana doa yang dipanjatkan di hari jumat dijamin oleh Allah. Engkau pergi disaat umat muslim melaksanakan shalat jum’at. Begitu indah janji Allah bila ada manusia yang meninggal di hari Jumat. Karena engkau meninggal hari ini, maka Insya Allah engkau menjadi manusia mulia hans.
Sudah banyak perjalanan yang kita lalui ya han, turing ke tempat antah berantah, nyasar sampe pinggir pantai (zaman belum ada gps dan hape hanya bisa buat SMS), pergi Jogja – Jakarta tektok demi nemui pujaan hatimu, Hujan-Hujanan sepanjang dieng – jogja tanpa jas hujan, bahkan aku sendiri ga nyangka kamu bisa berdiri tegak di Puncak Lawu…!
Selamat jalan kawan terbaik kami Handoko Setyawan, selamat menempuh kehidupan baru. Semoga engkau mendapat tempat yang sangat layak di sisi Allah SWT. Semoga keluargamu pun sabar dan tabah menerima kepergianmu ini. Kami juga akan menyusulmu suatu saat kelak, lambat atau cepat. Semoga kamipun bisa berakhir di hari yang indah ini. Sepertimu kawan…..Amin.
