Purbalingga (06/07), Bahasa Jawa
adalah salah satu bahasa daerah yang digunakan sebagai sarana berkomunikasi di
wilayah Jawa Tengah. Dalam penggunaannya, bahasa daerah ini memuat etika dan
sopan santun. Hal ini dikarenakan dalam bahasa Jawa memuat unggah-ungguh yang
mengatur bagaimana berhubungan dengan orang yang lebih tua, sepantaran, atau
lebih muda. Sehingga saat seseorang menggunakan bahasa Jawa sebagai alat
komunikasi berarti orang tersebut telah mengimplementasikan bentuk etika
kesopanan.
Namun, saat ini tidak banyak yang
menggunakan bahasa Jawa ini sebagai bahasa komunikasi, khususnya pada generasi
muda. Sehingga kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas masyarakat
yang menggunakan bahasa Jawa harus terus ditingkatkan. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan
komunikasi. Pelatihan ini diselenggarakan di Sanggar Seni Larasati pada hari
Kamis tanggal 6 Juli 2023. Sanggar yang berada di Kecamatan Padamara Kabupaten
Purbalingga ini telah aktif berkegiatan untuk melestarikan budaya Jawa.
Pendiri Sanggar Seni Larasati
menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat untuk peserta yang tergabung
dalam Sanggar Seni Larasati. Hal ini dikarenakan, saat mengadakan
kegiatan-kegiatan seni, anak-anak sanggar lebih sering menggunakan bahasa
Indonesia. Sehingga dengan pelatihan ini, diharapkan anak-anak sanggar dapat
dengan lancer menyampaikan pendapat-pendapatnya di depan umum menggunakan
bahasa Jawa.
“Saat ini anak-anak lebih sering
menggunakan bahasa Indonesia. Kami berharap dengan pelatihan ini, anak-anak
jadi lebih percaya diri tampil di depan umum dengan sikap yang baik menggunakan
bahasa Jawa” tutur Hening dan Happy selaku pendiri Sanggar Seni Larasati dalam
sambutan pembukanya.
Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 28 peserta dengan usia antara 13 sampai dengan 20 tahun. Kegiatan pelatihan ini diawali dengan materi dengan topik Tampil Percaya Diri yang disampaikan oleh Ashlikhatul Fuaddah, S.I.Kom., M.A. Dalam paparannya, Ashlikh menyampaikan bahwa untuk dapat tampil percaya diri harus menyiapkan diri sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi sikap, materi, dan mental.
“Saat kita mau berbicara di depan
umum dengan baik, kita wajib mengetahui apa yang akan kita sampaikan. Selain
itu, kita juga wajib memiliki sikap yang baik. Sehingga materi yang ingin kita
sampaikan di depan umum dapat disampaikan dengan runtut agar pendengar memahami
yang kita sampaikan” jelas Ashlikh dalam paparannya.
Paparan selanjutnya disampaikan oleh
Kilau Riksaning Ayu, S.I.Kom., M.I.Kom. Ayu menyampaikan topik dengan judul
Kiat-Kiat Berpidato Formal dan Non Formal. Dalam penyampainnya Ayu mengajak
peserta untuk berani menyampaikan apa yang menjadi gagasannya di depan umum.
Saat tampil di depan umum, hal-hal yang perlu diperhatikan ialah penampilan
diri dan mengetahui siapa yang akan menjadi pendengar pemaparan kita.
“Kita harus bisa menyiapkan diri
sebaik mungkin dalam memaparkan materi di depan umum. Salah satu yang menjadi
faktor untuk dapat berpidato dengan baik ialah penampilan. Sehingga saat
diminta untuk tampil di depan umum kita harus menyiapkan dengan baik. Salah
satunya dengan meyiapkan penampilan. Lebih-lebih saat diminta untuk menampilkan
secara dadakan atau impromptu” tutur Ayu dalam penjelasannya.
Paparan ketiga disampaikan oleh Exwan
Andriyan Verrysaputro, S.Pd., M.Pd yang menyampaikan tentang tatacara berpidato
dalam bahasa Jawa. Saat akan menyampaikan pidato atau berbicara di depan umum
menggunakan bahasa Jawa perlu ditata sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu
diperhatikan terdiri dari salam pambuka, atur pakurmatan, ngandharaken
isining atur, ngaturaken panuwun, ngaturaken pangapunten, lan panutup. Kata-kata
yang bisa dipilih ialah kata-kata yang dipahami oleh masyarakat, khususnya
masyarakat yang akan mendengarkan penjelasan kita.
“Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
menyampaikan menggunakan bahasa Jawa ialah salam pambuka, atur pakurmatan,
ngandharaken isining atur, ngaturaken panuwun, ngaturaken pangapunten, lan
panutup” ucap Exwan saat menjelaskan materi tentang Bahasa Jawa.
Kegiatan pengabdian kepada masyakat
ini diakhiri dengan sesi diskusi dan praktik yang dilakukan oleh peserta
pelatihan. Peserta pelatihan menyampaikan antusiasnya dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa Jawa ditunjukkan dari pertanyaan yang diajukan dan semangat
anak-anak dalam mencoba menyampaikan pendapatnya secara runtut di depan
teman-temannya.