SURAKARTA - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali mempertegas komitmennya sebagai perguruan tinggi unggulan yang menjadikan literasi sebagai fondasi kemajuan. Dalam sambutan hangat saat kunjungan tim asesor dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI), Rektor UMS, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, S.E., M.Hum., menyampaikan pandangan strategis UMS dalam mengembangkan perpustakaan sebagai pusat pengetahuan digital dan ruang intelektual yang terbuka.
“Perpustakaan bukan lagi sekadar tempat menyimpan buku, melainkan harus menjadi destinasi akademik yang dinamis, menginspirasi, dan adaptif terhadap perubahan zaman,” ujar Harun dalam sambutan di hadapan dua asesor nasional, Sabtu (26/7) bertempat di Gedung Induk Siti Walidah UMS.
Tim asesor dari Perpusnas RI dipimpin langsung oleh Direktur Standardisasi dan Akreditasi Perpustakaan, Dra. Made Ayu Wirayati, M.I.Kom., didampingi koordinator asesor nasional, Rendra Kris Aldi Artha. Kedatangan tim ini menjadi bagian dari proses penilaian menyeluruh atas kinerja dan layanan perpustakaan UMS, yang selama ini telah menjadi pionir dalam digitalisasi layanan dan pengembangan literasi akademik.
“Saya sangat terkesan. UMS bukan hanya menghadirkan fasilitas, tapi juga menunjukkan keberpihakan nyata pada budaya literasi dan penguatan kapasitas sumber daya manusia,” ungkap Made Ayu. Ia juga menegaskan bahwa dukungan dari pimpinan universitas menjadi elemen penting dalam membangun perpustakaan berdaya saing tinggi.
UMS sendiri telah melangkah jauh dalam pengembangan infrastruktur literasi digital. Berlangganan jurnal bereputasi internasional seperti Scopus, keberadaan Skopus Corner, Sinta Corner, hingga ruang interaktif yang nyaman menjadi ciri khas transformasi perpustakaan UMS.
“UMS adalah universitas yang terus berlari. Kami ingin dosen, mahasiswa, dan seluruh civitas mendapatkan akses terbaik untuk tumbuh bersama ilmu dan data. Maka perpustakaan kami siapkan sebagai ruang kolaboratif yang memberi makna,” lanjut Prof. Harun.
Menurut data Perpusnas RI, dari lebih dari 4.500 perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia, baru sekitar 15% yang terakreditasi. UMS termasuk dalam deretan kampus yang siap melangkah ke jenjang akreditasi unggul dengan pendekatan yang tidak hanya administratif, tetapi juga berbasis performa dan manfaat riil bagi pemustaka.
Asesmen yang berlangsung selama dua hari ini meliputi verifikasi data, validasi lapangan, hingga wawancara langsung dengan pengelola. Penilaian akhir akan ditentukan melalui sidang pleno internal Perpusnas. “Kami akan menyampaikan hasilnya segera. harapan kami memang perpustakaan UMS menjadi salah satu perpustakaan yang terbaik di Indonesia,” tutur Ayu.
Lebih dari itu, perpustakaan UMS juga diarahkan sebagai salah satu unit layanan unggulan universitas, sekaligus menjadi bagian dari ruang akademik strategis. Rektor menyampaikan rencana transformasi tampilan dan sistem layanan yang lebih modern dan inklusif.
“Jika dulu perpustakaan adalah jendela dunia, maka sekarang perpustakaan adalah gerbang masa depan. Kami akan terus memperbaiki diri, dan memastikan setiap langkah kami membawa manfaat sebesar-besarnya untuk peradaban,” tutup Rektor UMS dengan penuh keyakinan.
Dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan nilai kemanusiaan, UMS menempatkan perpustakaan sebagai denyut nadi universitas ruang di mana pengetahuan tumbuh dan masa depan dibentuk. (Al/Humas)