Dosen UMS Ajak Perempuan Gerakkan Literasi dalam Kajian Aisyiyah Ngadirejo
SURAKARTA – Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LP2A) bekerja sama dengan Majelis Hukum dan HAM Ranting Kelurahan Ngadirejo menyelenggarakan kajian bertajuk “Perempuan dan Literasi: Gerakan Sadar Ilmu/Membaca”. Kegiatan berlangsung di kediaman Ketua Majelis Hukum dan HAM, Suci Yuni Suswati, M.Pd.I., dan menghadirkan narasumber Rita Pramujiyanti Khotimah, S.Si., M.Sc., Ph.D., dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang juga Sekretaris LP2A Ranting Ngadirejo.
Kegiatan itu diawali dengan pembacaan Al-Qur’an dan terjemahannya secara bersama. Dalam pemaparannya di hadapan sekitar 40 peserta, Rita menjelaskan bahwa literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan berpikir (tafakkur), merenung (tadabbur), dan memperluas wawasan agar manusia mengenal Allah dan ciptaan-Nya.
“Dalam perspektif Islam, literasi mencakup kemampuan membaca (iqra’), menulis (qalam), berpikir, dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Tujuannya agar manusia menjadi berilmu dan mampu mengembangkan diri serta masyarakat secara adil dan bertanggung jawab,” terang Rita, Selasa (4/11), merujuk pada kandungan QS. Al-‘Alaq (96):1–5 dan QS. Ali ‘Imran (3):190–191.
Pemaparan Materi dari Dosen Prodi Pendidikan Matematika Rita Pramujiyanti Khotimah, S.Si., M.Sc., Ph.D
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa perempuan memiliki peran sentral dalam keluarga sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. “Kualitas ilmu dan wawasan seorang ibu sangat menentukan kualitas generasi yang ia lahirkan. Karena itu, perempuan yang literat akan menjadi sumber inspirasi dan pendidik utama dalam keluarga,” tambahnya.
Rita juga menguraikan kondisi krisis literasi di Indonesia. Berdasarkan data UNESCO, indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%, sementara data BPS 2024 menunjukkan hanya sekitar 17,21% anak yang dibacakan buku oleh orang tua. Ia menyoroti kesenjangan literasi digital di kalangan perempuan. Hanya 34,7% perempuan yang memiliki kemampuan literasi digital baik, sementara lebih dari separuh pernah menerima hoaks dan sebagian menjadi korban cyberbullying.
Dalam materinya, Rita turut menampilkan sejumlah tokoh perempuan inspiratif dalam sejarah literasi, seperti Aisyah r.a., Fatimah al-Fihri (pendiri universitas pertama di dunia), As-Syifa (ahli manajemen pasar dan literasi di masa Khalifah Umar bin Khattab), R.A. Kartini, serta Siti Walidah sebagai pelopor pendidikan perempuan dan pendiri Aisyiyah.
Kajian kemudian ditutup dengan ajakan Gerakan Perempuan Sadar Ilmu/Membaca yang menjadi wujud nyata semangat literasi dalam gerakan Aisyiyah dan Muhammadiyah. Rita mengajak peserta untuk:
Memulai dari diri sendiri dengan membaca minimal 20 menit setiap hari,
Mengembangkan lingkungan literasi, seperti membuat pojok baca di rumah,
Menggunakan teknologi secara bijak,
Menjadi “duta literasi” di keluarga dan komunitas, serta
Menghubungkan literasi dengan aksi nyata bagi kemaslahatan bersama.
“Perempuan berilmu tidak hanya membangun dirinya sendiri, tetapi juga membangun generasi dan peradaban. Sebagaimana sabda Nabi, ‘Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga’ (HR. Muslim),” pungkasnya.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Minggu (2/11) itu, menurut Rita, menjadi momentum penting bagi warga Aisyiyah Ranting Ngadirejo untuk menghidupkan semangat membaca dan menuntut ilmu, sejalan dengan nilai perempuan berkemajuan yang diusung oleh Muhammadiyah dan UMS. (Fika/Humas)